Sabtu, 31 Mei 2014

Ivan Scumbag

Ivan Scumbag Begundal Hardcore Ugal-ugalan adalah pionir generasi pendobrak Ujungberung Rebels.Bersama bandnya,Burgerkill,ia membuat terobosan-terobosan besar yang lalu semakin mengangkat dinamika musik independen ke tataran lebih tinggi dan fenomenal. Yang kemudian menjadi sangat personal, dengan segala pencapaiannya, Ivan tak lantas berubah menjadi sosok lain. Ia tetap dengan segala kerendahan hatinya, membumi bersama mereka yang mengusungnya.
Buku ini mengisahkan Ivan dengan segala kompleksitasnya.Kisah hidupnya, Ivan sang musisi, rockstars, cita-cita, harapan, dan kekecewaan, totalitas bermusik yang lalu mengantarnya menjadi besar, semakin besar, semakin besar, bahkan lebih besar dari hidupnya, serta segala ironi yang mengintip dengan kejam dibalik kebesaran itu, mencuri jiwanya diam-diam...(dikutip dari buku "MY SELF,SCUMBAG" ).
Berikut adalah salah satu puisi untuk kematian Ivan dari Adi Gembel, Forgotten

Aku melihat kematian begitu indah
Bulat pucat purnama di langit yang gelap
Memenuhi rongga langit yang temaram dengan aroma dupa mistik yang misterius
Aku melihat kematian begitu indah
Lembut mengalir bening,membelai batu gamping warna krem yang terserak di dasarnya
Menciptakan riam-riam kecil
Membuat laju sepotong daun kecil yang hanyut terguncang dan tertahan-tahan.Lalu dengan sayap putih lembutnya, mengepak empuk dan terbang ringan melayang hampa.
Di tengah gurun tandus dia berkelana menunjukkan jalan pada setiap langkah pengelana yang tersesat.
Gurun yang hanya menyisakkan udara panas dan angin kuat berdebu
Yang menjelmakan hasrat liar dengan dominasi pada hidup
Bahkan hingga hari ini aku masih melihat kematian begitu indah
Tanpa harus ada tumpah darah dari nadi yang terkoyak
Tanpa harus ada tubuh yang tergantung kaku d atas kusen berdebu
Kematian melayang perlahan dan hinggap di lubuk kalbu yang mulai enggan untuk berdetak secara teratur
Hanya tubuh yang diam terbaring tenang
Seperti tidur panjang yang nyenyak dengan mimpi indah tanpa akhir
Dan kini keindahan itu memelukku
Menyergap lembut dari belakang dan mendekapku erat penuh hangat
Seperti kekasih yang menumpahkan rasa rindu
Ada tangisan bahagia dan kecupan rasa suka
Lalu kematian memasangkan kedua sayap mungilnya di belakang pundakku
Memberikan padaku mahkota bercahaya
Lingkaran bersinar yang melayang tepat di atas kepalaku
Aku seperti dewa matahari
Seperti dewa matahari badanku melayang ringan dan bercahaya penuh kharisma
Memendar dalam dingin dan udara yang tak berasa apa-apa
Aku melihat kematian sebagai serpihan dari puzzle yang harus dirangkai satu persatu untuk mendapatkan sebuah rupa yang utuh dan sempurna
Kematian maksimal
kebebasan sejati
Dari rasa sakit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar